37-KAJIAN E-LEARNING
Siswantoro, S.Sos, M.M.
Banyak pakar pendidikan
memberikan defenisi mengenai E- Learning , seperti yang dipaparkan oleh
Siahaan (2004) dalam ”Penerapan E-Learning Dalam Pembelajaran” (Yani : 2007)
bahwa E-Learning merupakan suatu pengalaman belajar yang
disampaikan melalui teknologi elektronika. Secara utuh E-Learning
(pembelajaran elektronik) dapat didefenisikan sebagai upaya menghubungkan
pebelajar (peserta didik) dengan sumber belajarnya (database,
pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan
berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi
secara langsung/synchronous dan secara tidak langsung/asynchronous.
E-Learning merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh yang
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi , misalnya internet, video/audio
broadcasting, video/audio conferencing, CD-ROOM (secara langsung dan
tidak langsung).
Jaya Kumar C dalam (Suyanto : 2005) , mendefinisikan E-Learning
sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian
elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran,
interaksi, atau bimbingan. Rosenberg dalam (Suyanto : 2005) juga
menekankan bahwa E-Learning merujuk pada penggunaan teknologi internet
untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan. Bahkan Onno W. Purbo menjelaskan bahwa istilah “E” atau singkatan
dari elektronik dalam E-Learning digunakan sebagai istilah untuk segala
teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi
elektronik internet (Suyanto : 2005).
Rosenberg mengkategorikan tiga
kriteria dasar yang ada dalam E-Learning, yaitu:
- E-Learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam E-Learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
- E-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. CD-ROOM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa digolongkan sebagai E-Learning.
- E-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang mengungguli paradigma tradisional dalam pelatihan (Suyanto : 2005).
Saat ini E-Learning
telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi seperti: CBT (Computer Based
Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning,
Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop
Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted
Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training).
E-Learning merupakan metode
pembelajaran yang berfungsi
sebagai pelengkap metode pembelajaran
konvensional dan memberikan lebih banyak
pengalaman afektif bagi pelajar. Singkatnya, E-Learning
menggunakan teknologi untuk mendukung proses
belajar. Inti dari E-Learning ialah metode dimana peserta
didik diposisikan sebagai prioritas utama dengan meletakan semua sumber
bahan ajar di genggamannya. Peserta didik akan dapat mengatur durasi mata
kuliah dalam mempelajarinya dan akan mampu
menyerap serta mengembangkan pengetahuan dan keahlian dalam
sebuah lingkungan yang telah dibentuk khusus bagi dirinya.
Perbedaan
Pembelajaran konvensional dengan E-Learning yaitu pada pembelajaran
konvensioanal guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk
menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam E-Learning
fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan
bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran E-Learning akan
memaksa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya.
Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif
sendiri. Menurut Reza Syaeful (2007), perbedaan pembelajaran E-Learning
dengan metode pengajaran konvensional adalah sebagai berikut :
Elearning
|
Metode Pengajaran Konvensional
|
Bergantung pada motivasi diri pelajar
|
Pengajar memainkan peran dalam memotivasi dan membimbing pelajar
|
Tes dan ujian dilakukan sesuai dengan kecepatan daya tangkap si pelajar
|
Tes dan ujian dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan secara umum.
|
Metode inovatif diperlukan untuk mengadakan test dan eksperimen praktek.
|
Laboratorium tersedia dalam melakukan kegiatan tes dan eksperimen praktek
|
Durasi mata pelajaran ditentukan oleh pelajar
|
Institusi memiliki kalendar dan durasi tetap bagi tiap mata pelajaran
|
Lebih sukses dalam jumlah pelajar yang mengikuti pembelajaran online
|
Kegiatan belajar dibatasi pada mereka yang bersekolah di institusi
tersebut
|
Dalam
pendidikan konvensional fungsi E-Learning bukan untuk mengganti,
melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco
(2001) menjelaskan filosofis E-Learning sebagai berikut:
- E-Learning merupakan penyampian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara online.
- E-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROOM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi
- E-Learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.
- Kapasitas siswa sangat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar content dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik
E-Learning
bukan hanya sekedar
kursus online, akan
tetapi juga membantu memperluas wawasan.
Metode ini memberikan akses kepada informasi online, juga tersedia
jaringan dimana para individu dapat saling memecahkan
masalah, disana terdapat para pengajar yang hadir untuk menyediakan bimbingan
dan nasihat. Menurut Reza Syaeful (2007), E-Learning
menawarkan kesempatan akademis yang unik
untuk memperluas pengetahuan peserta didik.
Dalam dunia pembelajaran
elektonik, ada keuntungan langsung yang diperoleh melalui E-Learning
seperti :
- Membantu munculnya pertanyaan yang lebih interaktif dan berlingkup luas.
- Mendukung dan memfasilitasi kolaborasi tim dan juga memperluas kemudahan untuk mengakses pendidikan melampaui batasan institusi, geografis dan budaya.
- Catatan kelas dan materi langsung tersedia di Internet dimana para pelajar dapat mengakses situs tersebut dari belahan dunia manapun. Ini berbeda dengan pembelajaran jarak jauh (distance learning) dimana peserta didik diberikan materi kelas dan mempelajarinya sendiri sampai dengan waktu ujian
- E-Learning sangat interaktif, software yang tesedia memungkinkan peserta didik untuk berkomunikasi, tidak hanya dengan pengajar tetapi juga dengan sesama peserta didik.
- E-Learning memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara konsisten pada peserta didik dengan menyediakan informasi dan konsep yang sama, berbeda dengan pembelajaran di kelas dimana instruktur yang berbeda mungkin tidak akan mengikuti kurikulum yang sama atau bahkan mengajarkan hal yang berbeda di dalam kurikulum.
- E-Learning merupakan solusi murah dalam hal jumlah peserta didik tiap instruktur. Sebagai tambahan, ini juga mengurangi waktu belajar di kelas dan sangat berguna bagi peserta didik yang memiliki pekerjaan tetap.
- Peserta didik, instruktur dan penilai dapat mengawasi hasil belajar dengan mudah.
Menurut
Siahaan (2004) dalam (Yani : 2007), setidaknya ada tiga fungsi E-Learning
terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction)
- Suplemen (tambahan). Dikatakan berfungsi sebagai suplemen apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
- Komplemen (pelengkap). Dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pengayaan atau remedial. Dikatakan sebagai pengayaan (enrichment), apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/ memahami materi pelajaran yang disampaikan pada saat tatap muka diberi kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang telah diterima di kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran pada saat tatap muka diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin mudah memahami materi pelajaran yang disajikan di kelas.
- Substitusi (pengganti). Dikatakan sebagai substitusi apabila E-Learning dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan pembelajaran. Ada tiga model yang dapat dipilih, yakni : (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau (3) sepenuhnya melalui internet.
Komentar
Posting Komentar