Simulasi Analisis Regresi Linear Berganda dengan SPSS
Simulasi Analisis
Regresi Linear Berganda dengan SPSS
A. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian menggunakan periode 2007 sampai
dengan 2009 sehingga perusahaan yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang
telah aktif diperdagangkan dalam periode tersebut. Terdapat 28 perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009, akan tetapi
terdapat 3 perusahaan yang baru listing pada tahun 2007, yaitu PT Bank
Agroniaga Tbk., PT Bank Capital Indonesia Tbk., dan PT Bank Windu Kentjana International
Tbk. Demikian juga terdapat 2 buah perusahaan yang baru listing di BEI tahun
2008 yaitu PT Bank Ekonomi Raharja Tbk., dan PT Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Tbk., sehingga hanya terdapat 23 perusahaan perbankan yang
berturut-turut memperdagangkan sahamnya dari tahun 2007 sampai dengan tahun
2009. Dari 23 perusahaan yang memperdagangkan sahamnya berturut-turut antara
tahun 2007 sampai dengan 2009 terdapat 8 perusahaan yang tidak mencantumkan
data variabel penelitian secara lengkap yaitu data piutang perusahaan yang
dipergunakan untuk menghitung discretionary accrual. Dengan demikian sampel
penelitian adalah sebanyak 15 perusahaan.
B. Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
Analisis regresi
linear berganda memerlukan beberapa asumsi agar model
tersebut layak dipergunakan. Asumsi yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas,
uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dipergunakan untuk
menentukan apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas
yang dipergunakan adalah plot grafik di mana asumsi normalitas terpenuhi jika
titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.
Gambar 1
Uji Normalitas
Uji Normalitas
Gambar menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik
telah mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau membentuk
sudut 45 derajad dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah bahwa nilai
residual pada model penelitian telah terdistribusi secara normal. Untuk
memperkuat hasil pengujian tersebut dipergunakan uji Kolmogorov-Smirnov yaitu
sebagai berikut:
Tabel 1
Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
Tampak bahwa nilai signifikansi adalah
sebesar 0,868 > 0,05 yang menunjukkan bahwa nilai residual telah
terdistribusi secara normal. Hasil analisis awal menunjukkan adanya data
outliers yaitu data yang menyimpang terlalu jauh dari data yang lain sehingga
harus dikeluarkan dari model penelitian. Berikut adalah identifikasi data
outlier pada model dalam penelitian ini:
Tabel 2
Identifikasi Data Outliers
Identifikasi Data Outliers
Tampak bahwa terdapat 1 buah data outliers
yaitu data ke-8 sehingga data tersebut dikeluarkan dari model penelitian dan
jumlah data penelitian menjadi 44 buah. Dengan mengeluarkan satu buah data
tersebut, masih terdapat 1 buah lagi data outliers yaitu sebagai berikut:
Tabel 3
Identifikasi Data Outliers 2
Identifikasi Data Outliers 2
Data ke-23 menjadi outliers setelah data
ke-8 dikeluarkan, dengan demikian, data ke-23 juga dikeluarkan dari model sehingga
tidak ada lagi data outliers. Dengan mengeluarkan dua buah data outliers maka
diperoleh grafik P Plot sebagai berikut:
Gambar 2
Uji Normalitas Tanpa Data Outliers
Uji Normalitas Tanpa Data Outliers
Gambar menunjukkan bahwa titik-titik pada
grafik telah mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau
membentuk sudut 45 derajad dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah bahwa
nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara normal. Untuk
memperkuat hasil pengujian tersebut dipergunakan uji Kolmogorov-Smirnov yaitu
sebagai berikut:
Tabel 4
Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Tanpa Outliers
Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Tanpa Outliers
Tampak bahwa dengan 43 data maka nilai
signifikansi adalah sebesar 0,884 > 0,05 yang menunjukkan bahwa nilai
residual telah terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan
menggunakan nilai variance inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas
dari gangguan multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF di bawah 10 atau
tolerance di atas 0,1. Berikut adalah uji Multikolinearitas dalam penelitian
ini:
Tabel 5
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas
Tabel di atas memberikan semua nilai VIF
di bawah 10 atau nilai tolerance di atas 0,1. Berarti tidak terdapat gejala
multikolinearitas pada model dalam penelitian ini.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan
memplotkan grafik antara SRESID dengan ZPRED di mana gangguan
heteroskedastisitas akan tampak dengan adanya pola tertentu pada grafik.
Berikut adalah uji heteroskedastisitas pada keempat model dalam penelitian ini:
Gambar 3
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas
Tampak pada diagram di atas bahwa model
penelitian tidak mempunyai gangguan heteroskedastisitas karena tidak ada pola
tertentu pada grafik. Titik-titik pada grafik relatif menyebar baik di atas
sumbu nol maupun di bawah sumbu nol.
d. Uji Autokorelasi
Berikut adalah nilai Durbin-Watson pada
model dalam penelitian ini:
Tabel 6
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi
Adapun nilai dU untuk 5 buah variabel
dengan 43 data pada taraf 5% adalah sebesar 1,780. Tampak bahwa 0 < dW <
dU yang masuk pada kategori no decision. Untuk memperkuat hasil tersebut
digunakan uji Run, di mana gangguan autokorelasi terjadi jika signifikansi di
bawah 0,05. Berikut adalah uji autokorelasi dengan Run test:
Tabel 7
Uji Autokorelasi dengan Run Test
Uji Autokorelasi dengan Run Test
Tampak bahwa signifikansi adalah sebesar
0,760 > 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak terjadi gangguan autokorelasi pada
model penelitian.
C. Uji Goodness of Fit
Uji goodness of fit adalah untuk melihat
kesesuaian model, atau seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan varians variabel terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai
R dan koefisien determinasi dalam penelitian ini:
Tabel 8
Uji Goodness of Fit
Uji Goodness of Fit
Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar
0,689 pada model penelitian dan koefisien determinasi sebesar 0,404. Tampak
bahwa kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikat
adalah sebesar 40,4%. Masih terdapat 59,6% varians variabel terikat yang belum
mampu dijelaskan oleh variabel bebas dalam model penelitian ini.
D. Uji F
Uji F (uji simultan) adalah untuk melihat
pengaruh variabel bebas yaitu terhadap variabel terikatnya yaitu DA secara
serempak. Berikut adalah nilai F hitung dalam penelitian ini:
Tabel 9
Uji F
Uji F
Tampak bahwa nilai F hitung pada model
penelitian adalah sebesar 6,686 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000. Nilai
signifikansi adalah di bawah 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel bebas secara
serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba pada
signifikansi 5%.
E. Uji t
Uji t (parsial) adalah untuk melihat
pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya.
Berikut adalah hasil perhitungan nilai t hitung dan taraf signifikansinya dalam
penelitian ini:
Tabel 10
Uji t
Uji t
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut, dapat disusun persamaan regresi
linear berganda sebagai berikut:
Y = 3,385 – 0,108 X1 – 0,016 X2 + 0,11 X3 + 0,178 X4 - 0,161 X5 + e
Keterangan:
Y = Discretionary Accrual
X1 = Ukuran dewan komisaris
X2 = Komite audit
X3 = Kepemilikan institusional
X4 = Kepemilikan manajerial
X5 = Ukuran perusahaan
Interpretasi terhadap persamaan tersebut beserta uji hipotesis akan diberikan sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis 1
Y = 3,385 – 0,108 X1 – 0,016 X2 + 0,11 X3 + 0,178 X4 - 0,161 X5 + e
Keterangan:
Y = Discretionary Accrual
X1 = Ukuran dewan komisaris
X2 = Komite audit
X3 = Kepemilikan institusional
X4 = Kepemilikan manajerial
X5 = Ukuran perusahaan
Interpretasi terhadap persamaan tersebut beserta uji hipotesis akan diberikan sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis 1
Berdasarkan analisis data di atas, maka
tampak bahwa nilai t hitung untuk variabel ukuran dewan komisaris adalah sebesar
-3,011. Nilai tersebut di atas nilai t tabel untuk N = 43 yaitu sebesar + 2,011
sehingga diinterpretasikan bahwa variabel ukuran dewan komisaris mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap discretionary accrual. Dengan demikian
hipotesis H1 dalam penelitian ini yang berbunyi: Terdapat pengaruh yang
signifikan antara ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba diterima.
Berarti ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen
laba.
2. Pengujian Hipotesis 2
Berdasarkan analisis data di atas, maka
tampak bahwa nilai t hitung untuk variabel ukuran komite audit adalah sebesar
-0,392. Nilai tersebut di bawah nilai t tabel + 2,011 sehingga
diinterpretasikan bahwa variabel ukuran komite audit tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap discretionary accrual. Dengan demikian hipotesis H2
dalam penelitian ini yang berbunyi: Terdapat pengaruh yang signifikan antara
komite audit terhadap manajemen laba ditolak. Berarti ukuran komite audit tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
3. Pengujian Hipotesis 3
Berdasarkan analisis data di atas, maka
tampak bahwa nilai t hitung untuk variabel ukuran kepemilikan institusional
adalah sebesar 3,093. Nilai tersebut di atas nilai t tabel + 2,011 sehingga
diinterpretasikan bahwa variabel kepemilikan institusional mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap discretionary accrual. Dengan demikian hipotesis H3
dalam penelitian ini yang berbunyi: Terdapat pengaruh yang signifikan antara
kepemilikan intitusional terhadap manajemen laba diterima. Berarti kepemilikan
institusional mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
4. Pengujian Hipotesis 4
Berdasarkan analisis data di atas, maka
tampak bahwa nilai t hitung untuk variabel kepemilikan manajerial adalah
sebesar 1,083. Nilai tersebut di bawah nilai t tabel + 2,011 sehingga
diinterpretasikan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap discretionary accrual. Dengan demikian
hipotesis H4 dalam penelitian ini yang berbunyi: Terdapat pengaruh yang
signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba ditolak.
5. Pengujian Hipotesis 5
Berdasarkan analisis data di atas, maka
tampak bahwa nilai t hitung untuk variabel ukuran perusahaan adalah sebesar
-3,663. Nilai tersebut di atas nilai t tabel + 2,011 sehingga diinterpretasikan
bahwa variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
discretionary accrual.. Dengan demikian hipotesis H4 dalam penelitian ini yang
berbunyi: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap
manajemen laba diterima. Berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara
ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.
nice post , please visit back :D http://yosmantri.student.ipb.ac.id/ thanks :D
BalasHapus